- seni memanipulasi orang untuk melakukan hal yang diinginkan
- teknik psikologis yang digunakan hacker untuk memperoleh informasi yang dapat dipergunakan untuk mengakses sistem komputer
- memperoleh informasi (password misalnya) dari seseorang ketimbang melakukan usaha pembobolan sistem
Ya, semua itu benar adanya. Tujuan dari social engineering bisa dipastikan adalah untuk memperoleh informasi yang memungkinkan seorang hacker
untuk mengakses sistem komputer dan mengakses informasi yang tersimpan
di dalam sistem komputer tersebut. Yang menjadi masalah, bagaimana
informasi yang dicuri tadi dipergunakan.
Kenapa kita perlu sadar tentang social engineering?
Tak perduli ada berapa banyak patch yang tersedia untuk sebuah sistem, atau firewall
terbaru yang dirilis di pasar, tetap saja hal sederhana bisa menjadi
jalur yang mengancam keamanan sistem komputer dan informasi di dalamnya.
Coba disimak cerita berikut, yang benar-benar terjadi beberapa tahun
lalu:
Sekelompok orang memasuki kantor sebuah
perusahaan pengiriman yang cukup besar, dan keluar dengan informasi
untuk mengakses SELURUH jaringan komputer perusahaan tersebut. Bagaimana
hal itu bisa terjadi? Dengan mengumpulkan informasi sedikit demi
sedikit, dari beberapa pegawai yang ditemui di perusahaan tersebut.
Sebelum mendatangi kantor tersebut,
mereka mempelajari perusahaan itu, dan itu mereka lakukan dalam rentang
waktu dua hari saja. Salah satu persiapan mereka adalah menghubungi
departemen HRD. Dan hasilnya, mereka memiliki beberapa nama orang
penting di perusahaan tersebut. Nama-nama yang bisa mereka pergunakan
ketika berpapasan dengan pegawai yang bekerja di kantor tersebut,
nama-nama penting yang jika di dengar oleh penjaga pintu depan akan
membukakan pintu buat mereka, meski mereka tidak memiliki kartu pass. Di lantai ketiga, mereka mengatakan kalau kartu pass-nya
tertinggal, lalu seorang pegawai yang baik hati membukakan pintu ke
ruangan yang terbatas untuk orang-orang dengan akses keamanan tertentu
saja yang boleh masuki.
Mereka tahu bahwa CFO perusahaan tersebut
sedang tidak di tempat, jadi mereka dengan gampang memasuki kantor CFO
perusahaan tersebut dan mengakses komputernya yang tidak diproteksi password.
Dan mereka pun mendapatkan data seluruh data finansial perusahaan
tersebut. Kemudian mereka berhasil mengumpulkan beberapa dokumen yang
ditemukan di tempat sampah. Ya, mereka bahkan meminta seorang janitor (cleaning service,
begitu) untuk membawakan tempat-tempat sampah yang ada di beberapa
ruangan. Lalu mereka membawa pulang semua data dan dokumen itu.
Dari “markas” mereka, salah seorang sudah belajar meniru suara CFO (yang sedang keluar kota tadi), lalu menelpon system admin perusahaan tersebut, dengan suara yang terkesan terburu-buru dia meminta password untuk remote access dengan
alasan lupa dan bahwa catatannya tertinggal di rumah. Setelah titik
ini, yang mereka lakukan tinggal menggunakan teknik hacking yang “biasa
saja” untuk mendapatkan akses tingkat super user ke dalam sistem komputer.
Jika diperhatikan, teknis hacking tidak digunakan sampai
bagian akhir cerita di atas. Bagian-bagian sebelumnya memaparkan betapa
sifat alami manusia yang bisa ditebak, dimanfaatkan demi tujuan
tertentu. Dan sifat yang paling rentan adalah gampang percaya.
Banyak metode yang dapat dilakukan untuk mencapai situasi psikologis
yang tepat sebelum “serangan” dilancarkan. Yang umum adalah dilakukan
dengan meniru orang lain, memuji, berpura-pura “eh kita sama”, atau
sekedar benar-benar bersikap ramah terhadap sasaran.
Lalu kamu berada dimana?
Barangkali kamu merasa apa yang dituliskan di atas tidak berkaitan
dengan kamu secara langsung; “hei, saya tidak punya perusahaan” atau
kamu ngerasa tidak mengelola sebuah server.
Tunggu dulu, coba jawab pertanyaan ini.
Kamu punya password?
Entah untuk Facebook, Twitter, atau email kamu. Kamu yakin password kamu aman?
Kamu tidak menggunakan tanggal lahir kan untuk password kamu?
Atau jangan-jangan kamu masih mencatat password kamu di secarik kertas?
Atau kamu sudah pastikan gak ada teman yang ngintip ketika kamu mengetikan password kamu?
Setelah kamu membaca cerita di atas, gak perlu pengetahuan teknis tentang hacking kan untuk mendapatkan password kamu. Dan perlu disadari bahwa social engineering tidak hanya ditujukan untuk pencurian password saja; pembuat virus menggunakannya untuk membujuk kamu membuka attachment email yang mengandung malware, phisher menggunakanya untuk mendapatkan informasi berharga dari kamu, bahkan ada pembuat scareware yang menakut-nakuti kamu untuk membeli atau mendownload program (yang bisa jadi tidak berguna, atau bahkan merusak)
Sebaiknya kita semua menyadari bahwa di era informasi digital ini tidak ada informasi yang sepele.
0 comments:
Post a Comment